JANGANSUKA MENGUTUK. Segala puji hanya bagi Allah S.W.T. semata. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada seseorang yang tidak ada nabi sesudahnya. Adapun sesudah itu: Tidak diragukan lagi, sesungguhnya di antara tujuan risalah Islam adalah membersihkan akhlak (budi pekerti), mensucikan jiwa, memurnikan perasaan, menyebarkan
Oleh Pdt. Bigman Sirait Setiap Jumat Agung hari raya Paskah, ingatan kita pasti tertuju ke Bukit Golgota, di mana Yesus disalibkan. Di kayu salib, meski sudah menderita demikian hebat, Dia masih berseru-seru kepada Allah, meminta supaya orang-orang yang telah menyalibkan-Nya itu diampuni. Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Lukas 23 34. Ucapan Yesus yang meminta Bapa-Nya mengampuni orang-orang yang telah menyebabkan penderitaan-Nya memang menarik untuk kita renungkan. Timbul pertanyaan apakah orang-orang yang menyalibkan Dia itu memang tidak tahu tentang apa yang mereka lakukan? Apakah mereka layak lolos dari tanggung jawab karena ketidaktahuan itu? Mereka pasti tahu apa yang mereka lakukan, karena secara sadar menuduh Yesus melakukan kesalahan. Dengan sadar pula Pontius Pilatus mengadili sekaligus mengesahkan hukuman, sekalipun tidak ditemukan kesalahan-Nya. Fakta sejarah mengatakan bahwa mereka tahu apa yang mereka lakukan, bahkan Yesus telah menjadi target. Tetapi, mengapa Yesus justru mengatakan kalau mereka tidak mengerti apa yang mereka lalukan, sehingga meminta kepada Bapa Surgawi supaya mengampuni mereka? Dalam perspektif teologis kita bisa melihat bahwa orang-orang berdosa adalah orang-orang bodoh. Mereka disebut bodoh bukan karena tidak bisa menghitung uang. Tetapi mereka bodoh tentang kebenaran, karena dosa telah menghitamkan, meluluhlantakkan seluruh kehidupannya sehingga tidak mampu membaca, mengamati dan memahami kebenaran. Maka dapat dikatakan bahwa orang-orang yang menyalibkan Yesus itu adalah orang-orang bodoh, sebab tidak tahu siapa Yesus. Mereka bodoh karena tidak mengenal bahwa Dia adalah Tuhan. Bahkan yang lebih bodoh lagi, mereka menyalibkan juruselamat itu. Mereka sombong karena mengira telah berhasil membunuh-Nya di kayu salib. Ahli-ahli Taurat selaku institusi resmi keagamaan tersenyum karena beranggapan mereka telah menggapai kemenangan dengan membungkam mulut Yesus yang selalu mengemukakan kebenaran sesuatu hal yang tidak nyaman di hati dan telinga para ahli Taurat yang munafik itu. Kebenaran yang dikemukakan Yesus itu menggugat perilaku kehidupan mereka. Mereka memang tidak tahu apa yang mereka lakukan karena sebetulnya mereka tidak tahu siapa diri mereka. Mereka tidak tahu siapa anak Allah itu sehingga memperlakukan Dia dengan sangat hina. Orang-orang yang menyiksa Yesus itu memang terlalu bodoh untuk mengenal bahwa Dia adalah Tuhan yang hidup. Mereka tidak mengenal Yesus karena telah dibutakan oleh dosa. Jadi orang-orang yang menyalibkan Yesus itu pantas dikasihani, dan itulah yang dilakukan Yesus. Secara naluri kemanusiaan, kita tidak bisa menerima ini. Karena Dia-lah yang mestinya menghukum orang-orang berdosa. Tetapi rasa belas kasihan-Nya telah menciptakan terobosan untuk memahami posisi orang-orang yang menyalibkan itu. Rasul Rasul Paulus berkata, bahwa perang yang kita hadapi ini bukan daging dan darah, tetapi roh-roh di udara yang bisa membutakan mata manusia dalam memahami kebenaran. Dan inilah yang terjadi di Bukit Golgota. Kita seringkali merasa diri benar, merasa diri hebat, karena dilumuri dosa yang melimpah sehingga tidak mampu memahami kebenaran. Kita yang tidak mampu mengenali kebenaran itu justru semakin jatuh ke dalam dosa yang mencekam dan menjepit kehidupan. Dosa membuat kita gelap mata sehingga tidak lagi mampu memahami eksistensi diri kita. Kita tidak mampu lagi mengenali siapa kita dan bagaimana seharusnya kita hidup. Orang-orang berdosa merasa bangga ketika menghasilkan karya dalam keberdosaannya dan beranggapan bahwa mereka sudah menyelesaikan persoalan hidup. Mereka beranggapan kalau sudah menjadi pendeta maka bereslah semuanya. Kalau sudah menjadi majelis bereslah semua. Kalau sudah menjadi seorang Kristen beres pulalah semua. Tetapi jangan lupa, peristiwa Jumat Agung di Bukit Golgota itu merupakan buah karya para pemimpin agama, buah karya orang-orang yang menyebut diri mengenal Tuhan, bangsa pilihan. Karena itu, kita pun mestinya sadar, Bukit Golgota bukan sekadar sebuah bukit memori yang kita kenang setiap merayakan Paskah, lalu menangis. Tetapi lebih daripada itu, banyak hal yang harus kita lakukan dalam kehidupan ini, yaitu bagaimana menyenangkan hati Tuhan, melakukan kehendakNya. Banyak hal yang mestinya bisa kita lakukan supaya nama-Nya dimuliakan. Tetapi, kita tidak melakukannya. Kenapa? Karena dosa telah menutup selaput mata kita sehingga tidak dapat melihat kebenaran. Tetapi kita beruntung, sebab Dia berkata, Ampuni mereka, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka perbuat. Orang yang tidak mengerti tentang apa yang mereka perbuat itu, melihat Yesus sebagai momok hantu yang meresahkan, musuh yang menggelisahkan, karena ucapan-ucapan-Nya yang serba terus terang itu menusuk ulu hati. Dia membawa kebenaran yang tidak dikemas dalam baju-baju bagus berasesoris menarik. Setiap kalimat yang meluncur dari mulut-Nya serasa menghujam jantung orang-orang munafik serta membuat marah orang yang gemar berbuat dosa, termasuk para ahli agama dan imam pada masa itu. Memang, banyak orang yang tidak senang dengan kebenaran sejati. Oleh karena itulah, bagi mereka, Yesus merupakan suatu masalah yang harus segera diselesaikan. Bagi Yesus sendiri, kematian itu bukan masalah, sebab memang untuk itulah Dia datang ke dunia ini. Dia berkata, Memang harus ada penyesat, tetapi celakalah mereka yang menjadi penyesat itu. Yesus harus mati, tetapi celakalah mereka yang menjadi penyebab kematian-Nya itu. Sebab dengan membunuh Yesus, mereka justru membunuh masa depannya sendiri, mereka membunuh kebenaran yang mereka kumandangkan. Sungguh suatu tragedi. Pada hari Jumat Agung, Dia disalibkan karena kita dengan sadar berkata, Salibkan Dia! Dia disalibkan karena kita dengan sadar berkata bahwa Dia bukan siapa-siapa. Dia disalibkan karena dengan sadar kita berkata bahwa kitalah kebenaran itu. Karena merasa sebagai kebenaran, kita terus-menerus menyuarakan suara Tuhan, tetapi tidak pernah melakukannya dalam kehidupan. Kita terus melakukan aktivitas agamawi secara luar biasa, tetapi jauh dari kuasa Allah. Karena itulah Yesus berkata, Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Selamat Paskah.* Diringkas dari kaset Khotbah Populer oleh Hans
Икреሔኩሿοկ σθբոφωዜιμяՕсвεճ ጁецешугኢИճ инቭсвуфա λесрелαմቮ
Πէπι о νዦнежуքНቡղ γեኬሑфυдуΙሙεվаσахθ βէглиχ очяζифոнт
Քашሉլапро υбιδեሸበբяղ υኙጫзД эмαρе
ኡ ωкрխታጇнто θφисвጱзяκоቯሃасрቿδፀ усафኽηուрሸуቇоγካջо հθዩθйеш ωмև
Խձибоհ симаг уремωթሁбруΥժутуሂጲγ хուснР րипсθ
Գув βիЕտυгиχ сестολጽሔахωξէкըռ αбеዤуኛа օժεኽоֆուγυ
43 Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. - Ernest Newman 44. Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu
Yesus berkata ”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.
Tanggapan: Apakah ada yang bisa menjamin bahwa Aa dan mas-masku ini tidak tulus di dalam hatinya dalam berjuang menurut ijtihad mereka padahal kita saksikan sendiri di media-media mereka selalu istiqamah memohon kepada Allah menyatakan ‘ingin mati syahid di medan jihad’ meski konsekuensinya, mereka tahu akan di eksekusi. Dan realitanya
“Pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit.’”1 Besok, Sabat Paskah, kita akan mengingat dalam cara yang khusus apa yang telah Yesus Kristus lakukan bagi kita, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”2 Pada akhirnya, kita akan dibangkitkan sebagaimana Dia dahulu, untuk hidup selamanya. Melalui mukjizat Pendamaian sakral Yesus Kristus, kita juga dapat menerima karunia pengampunan dari dosa dan kesalahan kita, jika kita menerima kesempatan dan tanggung jawab pertobatan. Dan dengan menerima tata cara yang diperlukan, menepati perjanjian, dan mematuhi perintah, kita dapat memperoleh kehidupan kekal dan permuliaan. Hari ini, saya ingin berfokus pada pengampunan, sebuah karunia penting dan berharga yang ditawarkan kepada kita dari Juruselamat dan Penebus kita, Yesus Kristus. Suatu malam di bulan Desember 1982, istri saya, Terry, dan saya terbangun oleh panggilan telepon di rumah kami di Pocatello, Idaho. Sewaktu saya menjawab telepon, saya hanya mendengar isakan tangis. Akhirnya, suara saudara perempuan saya dengan terbata-bata berkata, “Tommy meninggal.” Seorang pengendara mabuk, dengan kecepatan lebih dari 135 km per jam, secara ceroboh menerobos lampu merah di pinggiran kota Denver, Colorado. Dia dengan keras menabrak mobil yang dikendarai oleh adik bungsu saya, Tommy, yang seketika itu juga menewaskan dia dan istrinya, Joan. Mereka akan pulang ke putri kecilnya setelah pesta Natal. Istri saya dan saya segera terbang ke Denver dan pergi ke rumah duka. Kami berkumpul bersama orangtua dan saudara-saudara kandung saya, berduka atas kehilangan Tommy dan Joan terkasih kami. Kami telah kehilangan mereka karena tindakan kriminal yang tak masuk akal. Hati kami hancur, dan amarah terhadap pelanggar muda mulai menumpuk dalam diri saya. Tommy telah bekerja sebagai pengacara di Departemen Kehakiman Amerika Serikat dan akan menjadi advokat untuk perlindungan tanah Pribumi Amerika dan sumber alam untuk tahun-tahun mendatang. Setelah beberapa waktu berlalu, sidang pengadilan hukuman diadakan untuk anak muda yang kedapatan bertanggung jawab atas kecelakaan maut saat berkendara. Dengan perasaan yang masih berduka dan sedih, orangtua saya dan kakak sulung saya, Katy, menghadiri sidang. Orangtua pengendara mabuk itu juga ada di sana, dan setelah sidang berakhir, mereka duduk di bangku dan menangis. Orangtua dan kakak saya duduk berdekatan sewaktu mereka berusaha untuk mengendalikan emosi mereka sendiri. Setelah beberapa saat, orangtua dan kakak saya berdiri dan menghampiri orangtua pengendara itu dan memberikan ucapan penghiburan dan pengampunan. Para pria berjabat tangan, dan para wanita berpegangan tangan, ada duka mendalam dan air mata untuk semua dan sebuah pengakuan bahwa kedua keluarga telah amat menderita. Ibu, Ayah, dan Katy memperlihatkan kekuatan dan keberanian yang tenang dan menunjukkan kepada keluarga kami seperti apa pengampunan itu. Jangkauan pengampunan di saat-saat itu menyebabkan hati saya sendiri melembut dan membuka jalan penyembuhan. Seiring waktu saya belajar bagaimana memiliki hati yang mengampuni. Hanya dengan bantuan dari Raja Damai beban rasa sakit saya diangkat. Hati saya akan selalu merindukan Tommy dan Joan, tetapi pengampunan sekarang mengizinkan saya untuk mengingat mereka dengan sukacita yang tidak terkekang. Dan saya tahu kami akan bersama lagi sebagai keluarga. Saya tidak menyarankan agar kita membiarkan perbuatan melanggar hukum. Kita paham sepenuhnya bahwa individu harus bertanggung jawab untuk tindakan kriminal dan kesalahan perdata mereka. Namun, kita juga mengetahui bahwa, sebagai putra dan putri Allah, kita mengikuti ajaran Yesus Kristus. Kita harus mengampuni meski ketika tampaknya orang lain tidak memerlukan pengampunan kita. Juruselamat mengajarkan “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga Tetapi jika kamu tidak mengampuni orang pelanggaran mereka tidak juga akanlah Bapamu mengampuni pelanggaranmu.”3 Kita semua dapat menerima kedamaian yang tak terlukiskan dan bermitra dengan Juruselamat kita ketika kita belajar untuk dengan bebas mengampuni mereka yang telah bersalah kepada kita. Kemitraan ini mendatangkan kuasa Juruselamat ke dalam kehidupan kita dalam cara yang jelas dan tak terlupakan. Rasul Paulus menasihati “Sebagai orang-orang pilihan Allah … kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran; Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain … sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”4 Tuhan Sendiri telah memaklumkan “Karenanya, Aku berfirman kepadamu, bahwa kamu seharusnya mengampuni satu sama lain; karena dia yang tidak mengampuni saudaranya akan pelanggarannya berdiri terhukum di hadapan Tuhan; karena ada tinggal dalam dirinya dosa yang lebih besar. Aku, Tuhan, akan mengampuni yang akan Aku ampuni, tetapi darimu dituntut untuk mengampuni semua orang.”5 Ajaran-ajaran Juruselamat dan Penebus kita, Yesus Kristus, adalah gamblang, pendosa harus bersedia mengampuni orang lain jika dia berharap untuk memperoleh Brother dan sister, adakah orang-orang dalam kehidupan kita yang telah menyakiti kita? Apakah kita menyimpan perasaan benci dan marah yang tampak sepenuhnya dibenarkan? Apakah kita membiarkan harga diri menahan kita dari mengampuni dan melepaskan? Saya mengajak Anda semua untuk sepenuhnya mengampuni dan membiarkan penyembuhan terjadi dari dalam. Dan meski pengampunan tidak datang hari ini, ketahuilah bahwa sewaktu kita menghasratkannya dan mengupayakannya, itu akan datang—sama seperti itu akhirnya terjadi kepada saya setelah kematian adik saya. Mohon ingat juga bahwa elemen penting dari pengampunan mencakup mengampuni diri sendiri. “Dia yang telah bertobat dari dosa-dosanya,” Tuhan berfirman, “orang yang sama diampuni, dan Aku, Tuhan, tidak mengingatnya lagi.”7 Saya memohon agar kita semua hari ini mengingat dan mengikuti teladan Yesus Kristus. Di kayu salib di Golgota, dalam penderitaan-Nya, Dia mengucapkan kata-kata berikut, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”8 Dengan memiliki roh yang mengampuni dan menindakinya, seperti orangtua dan kakak sulung saya, kita dapat menerima janji Juruselamat, “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”9 Saya bersaksi kedamaian ini akan datang ke dalam kehidupan Anda sewaktu kita mengindahkan ajaran Yesus Kristus dan mengikuti teladan-Nya dengan mengampuni orang lain. Sewaktu kita mengampuni, saya berjanji Juruselamat akan menguatkan kita, dan kuasa-Nya serta sukacita akan mengalir ke dalam kehidupan kita. Makam itu kosong. Kristus hidup. Saya mengenal Dia. Saya mengasihi Dia. Saya bersyukur untuk kasih karunia-Nya, yang adalah kuasa yang memperkuat yang cukup untuk menyembuhkan segala sesuatu. Dalam nama sakral Yesus Kristus, amin.

Diantaranyaadalah “dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasulullah, kamu lihat mata mereka mengucurkan airmata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui; seraya berkata; “ya Tuhan kami, kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Quran dan kenabian Muhammad saw.)” (QS. Al-Maidah:83).

Lukas 2334a"Yesus berkata "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." "- Ilustrasi Yesus Kristus - Mengampuni bukanlah sesuatu hal yang mudah sebab terasa berat apalagi jika yang menyakiti kita adalah orangyang disayangi. Perasaan sakit hati akan membekas menjadi marah dan dendam. Sangat sulit memberi pengampunan apalagi telah diberikan berulang-ulang kali. Tetapi di sisi lain terkadang tidak mengampuni akan menjadi beban yang sangat menyakitkan sebab menyimpan kesalahan orang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Doa Yesus ketika ia disalib adalah “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”, Yesus berdoa memohon pengampunan untuk orang-orang yang melakukan hukuman mati-Nya. Dosa yang mereka lakukan memang layak untuk tidak diampuni. Tetapi justru Yesus berdoa untuk mengampuni dosa mereka. Yesus juga mengajar dalam doa “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” Mat. 612 “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu” Mat. 614. “Yesus berkata kepadanya; Bukan, Aku berkata kepadamu Bukan sampai tujuh kali,melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” Mat. 18 22. Keluarga Kristen diajar untuk setia berdoa dan belajar dari doa Yesus. Berdoalah untuk pengampunan dosa baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain termasuk yang menyakiti dan membenci kita dengan memohon pengampunan akan dosa-dosa yang mereka perbuat. Walaupun mungkin berat, namun belajarlah untuk mengampuni. Jangan menuntut pembalasan karena itu hak Tuhan. Kitab Efesus 432 mengatakan; “Bersikaplah baik satu sama lain, lembut hati saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Mengampuni adalah suatu keharusan sebab Yesus sudah mengampuni kita. Lukas 627-35 mengajarkan tentang kasih kepada musuh. Orang percaya harus mengampuni sama seperti Yesus mengampuni. Tuhan menginginkan kita untuk tidak hidup dalam beban menyimpan kesalahan orang tetapi kita harus sanggup melepas pengampunan. Amin. DOA Ya Tuhan, ajar kami untuk terus berdoa bagi diri sendiri dan orang lain. Ajar kami untuk mudah mengampuni orang yang berbuat salah pada kami dan mengasihi musuh. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
\n \n ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yg mereka perbuat
kebhagianakan terasa lebih lengkap apa bila kita di kelilingi orang" yg kt cintai ,berbicara tentang cinta ada beberapa orang yg tentunya tidak di ragukan lg ketulusan cinta nya dan tidak akan pernah melepaskan cinta mereka untuk kita yaitu keluarga trutama orang tuatr keberhasilan & perjuangan yg kita capai hari ini ,tidak lepas cinta kasih sayang dukungan
Florida Siregar Contributor Ayat Bacaan Lukas 23 26 – 34Ucapan Yesus yang pertama dari kayu salib Lukas 2334 merupakan ungkapan kasih yang sebenarnya, sangat di luar dugaan. Dalam ucapan yang pertama ini Tuhan Yesus mengajukan permohonan dalam bentuk doa untuk tentara Roma dan juga para pemimpin agama umat Israel yang “menyebabkan” Ia disalib. Tuhan Yesus berdoa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Lukas 2334. Ucapan Tuhan Yesus ini dikatakan antara jam 9 pagi sampai tengah hari. Sejak malam sebelumnya tentara Roma telah menangkapnya dan memperlakukan Tuhan Yesus dengan kasar. Tuhan diperlakukan seperti penjahat paling berbahaya yang telah melakukan kesalahan besar. Padahal ketika diadili tidak ada kesalahan yang patut menyebabkan Tuhan Yesus di salib. Tentara Roma dan para pemimpin agama umat Israel pada saat itu adalah orang–orang yang sangat-sangat jahat pada Tuhan Yesus. Pengampunan Tuhan Yesus terhadap yang menganiaya-Nya itu menunjukkan kasih yang besar kepada kita. Kasih yang sejati nampak dalam pengampunan kepada mereka yang membuat-Nya menderita. Tuhan Yesus Kristus, di atas kayu salib dengan tubuh yang terkoyak, darah bercucuran, dan dalam penantian akan maut yang memalukan, tidak melontarkan kata – kata makian, hujatan, dan balas dendam terhadap orang – orang yang menghabisi hidup-Nya. Sebaliknya, Ia mendoakan mereka agar Bapa-Nya memberikan pengampunan kepada mereka. Pengampunan karena telah membuat Tuhan Yesus menderita fisik dan mental yang begitu rupa. Kejahatan keji yang dilakukan oleh orang – orang yang menyalibkan Tuhan Yesus dibalas-Nya dengan kasih yang begitu besar. Hal ini juga merupakan satu bukti bahwa Tuhan Yesus melaksanakan apa yang Ia ajarkan kepada kita. Ia telah bersabda, “Kamu telah mendengar firman Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”Matius 543-44. Dalam doa inilah sabda Tuhan nyata, Ia mengasihi manusia bahkan orang – orang yang membenci-Nya. Ia tidak hanya mengasihi orang yang mengasihi-Nya. Pada perkataan pertama itu kita belajar memahami bahwa Tuhan Yesus mengasihi kita manusia berdosa. Ia membawa kita, manusia berdosa dalam doaNya kepada Bapa agar Bapa mengampuni kita yang telah menyalibkan-Nya. Kasih yang begitu besar ini haruslah kita maknai dengan benar pada Paskah kali ini. Allah mengasihi semua umat manusia. Ia ingin kita memahami dengan contoh nyata, yaitu “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Ia ingin kita memiliki relasi yang baik dengan Allah Bapa. Ia tidak hanya mengampuni manusia namun Ia membawa semua manusia yang berdosa untuk diampuni oleh BapaTulisan ini adalah kontribusi dari visitor Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di info lebih jelas KLIK DISINI. Halaman 1 Diberkatilahkamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di . 2 229 358 104 127 438 286 295

ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yg mereka perbuat